Kamis, 17 Januari 2013

Terapi Diri untuk Mencapai Kebahagian (Part 1)



Anda mungkin mencemooh bila ada orang yang mengatakan uang tak mendatangkan kebahagian.  “ Orang yang bilang uang tidak membuat bahagia pastilah tak pernah kekurangan uang.” Kata seorang kawan saya suatu hari. Anda bisa mengatakan hal senada tentang pendapat kecantikan dan ketenaran yang juga disebut sebagai bukan sumber kebahagian.

Kita memang boleh saja bersikap sinis terhadap pendapat-pendapat semacam itu.  Sayangnya, pendapat tersebut memang sering kali benar. Coba bayangkan diri anda sedang tak punya uang. Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa kondisi tersebut sama sekali tak menyenangkan. Sekarang, bayangkan Anda banyak sekali memilki uang yang tak akan habis walau anda belanjakan sebanyak apapun. Inilah yang menyebabkan orang berpikir bahwa uang - paling tidak - ada hubunganya dengan kebahagiaan.

Kecantikaan dan ketenaran, walau mungkin tak dianggap sepenting uang, juga seperti itu. Banyak orang yang berpikir bahwa seandainya mereka sedikit lebih cantik (atau lebih terkenal), mereka akan lebih bahagia, Akhirnya, banyak hal yang dilakukan orang untuk mencapai kebahagiaan dengan mengejar hal hal tersebut. Orang bekerja keras untuk mendapatkan uang, melakukan apa saja untuk membuat dirinya merasa cantik, dan rela mengorbankan apa saja demi ketenaran. Masalahnya, ketika semua tujuan tersebut tercapai, banyak orang yang juga tak menjadi lebih bahagia.


Kesenangan dan kebahagian           

Yang jadi sumber masalah mungkin adalah definisi kita tentang kebahagiaan. Banyak dari kita yang beranggapan bahwa kebahagiaan berhubungan dengan kesenangan. Kita senang bisa makan makanan lezat disebuah restauran mahal yang bersuasana romantic dengan ditemani seorang artis pria yang amat ganteng. Banyangkan tentang itu saja mungkin bisa membuat anda tersenyum. Hal tersebut memang menyenangkan. Sayangnya, dalam jangka panjang kesenangan tidak lantas bisa disamakan dengan kebahagiaan.




Menurut Norm Ephraim, psikolog dari boston, kesenangan adalah sensasi yang muncul mengikuti kondisi kondisi tertentu, sedangkan kebahagiaan adalah kondisi pikiran kita. Kesenangan hanya berlangsung sesaat, sedangkan kebahagiaan merupakan gambaran umum pikirian kita. Ephraim mencontohkan begini : bayangkan perasaan anda ketika untuk pertama kalinya Anda mengemudi mobil Ferrari yang baru saja anda beli. Perasaan senang yang timbul pasti luar biasa. Namun, setelah beberapa saat, perasaan senang tersebut makin berkurang. Anda mungkin masih senang selama beberapa hari, tetapi setelah setahun, dua tahun dan seterusnya, mungkin anda akan merasa biasa-biasa saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar