Rokok elektronik digembor gemborkan sebagai salah satu cara untuk berhenti merokok.
Metode tersebut pun disandingkan dengan Terapi Pengganti Nikotin (TPN)
yang sebelumnya dikatakan mampu menekan prevalensi perokok. Meski
demikian, penggunaan rokok elektronik masih menjadi perdebatan di
kalangan ahli medis.
Sebuah studi baru mengatakan, rokok
elektronik cukup efektif dalam menghentikan kebiasaan merokok. Menurut
para peneliti, efektivitas rokok elektronik hampir sama dengan TPN
terstandar setelah membandingkan tingkat keberhasilan di antara
keduanya.
Studi tersebut dipublikasi kurang dari seminggu
setelah sebuah studi sebelumnya menunjukkan peningkatan pengguna rokok
elektronik di kalangan remaja hingga dua kali lipat.
Sebelumnya,
rokok elektronik sudah menjadi kontroversi di kalangan tenaga medis.
Sebagian mengatakan, rokok elektronik cenderung mampu untuk membantu
perokok yang gagal berhenti merokok dengan TPN. Sebagian lagi
berpendapat, rokok elektronik justru menjadi pintu masuk kecanduan
nikotin dari merokok bagi perokok baru.
Sementara rokok
elektronik masih menjadi kontroversi, aktivitas merokok terus menjadi
pembunuh bagi mereka yang menjadi pencandunya. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mengatakan, tembakau bertanggung jawab untuk 6 juta kematian
setiap tahunnya. Dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat
menjadi 8 juta di tahun 2030.
Selain menyebabkan kanker paru dan
penyakit pernapasan kronik lainnya, merokok juga merupakan pemicu utama
penyakit kardiovaskular, penyakit penyebab kematian nomor satu di dunia.
Studi baru yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet Medical
tersebut merupakan studi pertama yang menguji efektivitas rokok
elektronik dibandingkan dengan TPN. TPN sebelumnya sudah dikenal sebagai
metode yang membantu orang untuk berhenti merokok.
Dalam studi
tersebut, para peneliti melakukan analisa terhadap 657 perokok yang
ingin berhenti merokok. Mereka pun membagi peserta menjadi tiga kelompok
yang diberi metode berhenti merokok yang berbeda, dengan rokok
elektronik, TPN, dan rokok elektronik dengan plasebo (tanpa nikotin).
Studi dilakukan dalam periode 13 minggu.
Selama periode tersebut,
5,7 persen peserta dinyatakan berhasil berhenti merokok. Kelompok
pengguna rokok elektronik merupakan kelompok dengan persentase
keberhasilan berhenti merokok tertinggi yaitu 7,3 persen, diikuti
kelompok TPN 5,8 persen, dan plasebo 4,1 persen. Perbedaan ketiganya
memang tidak signifikan, namun tetap bisa dibandingkan.
Ketua
studi Chris Bullen, peneliti asal New Zealand's University of Auckland
mengatakan, meski perbandingan hasil antara rokok elektronik dan TPN
tidak jauh, namun selama enam bulan, rokok elektronik memberikan hasil
yang lebih baik untuk mengurangi konsumsi tembakau.
"Hal yang
menarik lagi adalah peserta studi umumnya lebih antusias mencoba rokok
elektronik dibandingkan dengan TPN. Mereka bahkan merekomendasikan
metode tersebut pada kerabat dan rekan mereka," tuturnya.
makasih banyak gan infonya
BalasHapussama 2x
Hapusartikelnya sangat menarik gan , terimakasih udah sharing ya !!
BalasHapusartikelnya bagus sekali gan ,, jadi pengen belajar sama agan biar blog saya juga bisa seperti punya agan hehe
BalasHapuskita belajar bersama aja...............he..he.., kalau belajar sama ane .entar ane kira guru lg
Hapusmakasih banyak gan infonya ,, sangat bermanfaat sekali
BalasHapusmakasih banyak infonya gan
BalasHapusinfo yang sangat menarik gan ,,
BalasHapusblogwalking nih .
terimakasih banyak infonya
BalasHapus