JANGAN REMEHKAN VAKSINASI Kata Ketua III Pengurus Pusat IDAI, Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi,
menandaskan, karena kaitannya dengan imunitas tubuh untuk mencegah
berjangkitnya penyakit, vaksinasi wajib diberikan pada individu dengan berbagai
usia. Vaksinasi dewasa diperuntukkan bagi setiap orang dewasa (usia di atas 12
tahun) yang menginginkan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Vaksinasi pada dewasa dapat mencegah kematian akibat penyakit infeksi 100 kali
lipat dibandingkan vaksinasi pada anak atau mencegah sekitar 3 juta kematian
setiap tahunnya. Vaksinasi juga mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang
lebih serius. “Namun secara psikis, vaksinasi di usia dewasa berarti
meningkatkan produktivitas kerja karena jarang sakit, dan mencegah hilangnya
waktu berharga bersama keluarga, rekan, dan kerabat,” ucap Dr. Soedjatmiko.
Kapan vaksinai
dilakukan?
• Pada saat tubuh dalam kondisi sangat prima. Vaksinasi yang
dilakukan saat kondisi tubuh kurang baik, justru akan menyebabkan infeksi.
• 6 bulan sebelum kehamilan. Dalam rentang waktu tersebut
diharapkan tubuh sudah dapat membunuh semua virus yang diberikan melalui
vaksinasi, sehingga pada saat hamil tidak ada ?agi virus yang dapat
membahayakan janin. Jangan melakukan vaksinasi saat Anda sedang hamil. Karena
dikhawatirkan akan membahayakan janin. Boleh dilakukan namun dengan catatan,
doktcr yang menangani Anda sudah memperhitungkan risiko. Bila vaksinasi U tidak
dilakukan sebelum menikab, pemberiannya dapat dilakukan pada saat usia
kehamilan belum mencapai bulan.
• Sewaktu hendak bepergian, terutama ke luar negeri atau
daerah asing yang kondisinya belum dikenal.
Menurut Dr. Soedjatmiko, vaksin secara umum cukup aman.
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang
mungkin timbul. Dr. Soedjatmiko menjelaskan lebih Ianjut, vaksin bekerja dengan
meningkatkan derajat imunitas dengan merangsang pembentukan antibodi untuk
menghentikan perjalanan patogen, sehingga mencegah terjangkitnya penyakit.
Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba
ekstraseluar dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang
merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). Selanjutnya,
vaksin akan melalui jenis pengujian yang meliputi uji terhadap cemaran virus,
bakteri, fungi, mikoplasma, uji pirogen, uji terhadap sisa kontaminan yang
mungkin ada—tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Rangkaian penguji4n
tersebut antara lain uji identitas, stabilitas, uji potensi, uji toksisitas,
uji sterilitas, uji thiomersal, dan uji kelembaban pada vaksin beku kering. “Agar
vaksin-vaksin yang diberikan dapat mencegah penyakit dengan baik, maka harus
dipenuhi beberapa syarat antara lain kondisi anak saat menerima yaksin, cara
memberikan vaksin, jarak pemberian antara vaksin pertama dengan benkutnya, dan
kualitas vaksin itu sendini,” urai Dr Soedjatmiko.
Sisitem Imun
Dalam Tubuh
Setiap bayi terlahir
dengan antibodi alami dan sang ibu, yang dialirkan melalui plasenta. Bayi yang
menyusui akan terus menerus mendapatkan antibodi melalui ASI dan kolostrum
(bahan pra-susu yang kental yang dikeluarkan oleh ASI selama beberapa hari setelah ibu melahirkan). Pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dan
sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat
bekerja segera bila ada ancaman. Sedangkan sistem imun spesifik baru setelah
tubuh terpajan dengan mikroorganisme kedua kali atau lebih. Sistem imun
nonspesifik terdiri dan faktor fisis seperti kulit, selaput lendir, silia, batuk
dan bersin, faktor larut yang terdiri dan faktor biokimia seperti lisozim
(keringat), sekresi sebaseus, asam lambung,
laktoferin dan asam neuraminik, faktor humoral, dan faktor
selular. Sistem imun spesifik terdiri dan faktor humoral seperti ? berbagai antibodi
yang diproduksi sendiri dan faktor
selular.
Selama tahun pertama kehidupa bayi, imunitas yang didapatkan
dari ibu nya akan berkurang. Untuk
membantu kemampuan tubuh memerangi penyakit, bayi diberi vaksin. Ide pemberian
vaksin ada lah menyediakan bahan penyebab penyakitkit dalam jumlah yang cukup
untuk ‘menipu’ tubuh memproduksi antibodi terhadapnya. Sekali antibodi telah
diproduksi ia akan bertahan dan
melindungi anak terhadap berjangkitnya
penyakit terkait.
Bentuk
Vaksin
Vaksin tersedia dalam dua berbentuk dasar mati (tidak diaktifkan atau telah di matikan)
atau hidup. Sebagian besar dari kedua
bentuk ini dibenikan melalui sari satu dan dua cara : melalui suntikar bawah
kulit (subkutan) atau ke dalam otot (intramuscular).
Vaksin hidup : dibuat
di dalam laboratorium dan organisme hidup (biasanya virus) penyebab penyakit.
Virus untuk vaksin ni sudah dilemahkan sehingga mereka akan mendorong sistem
imun tubuh untuk menghasilkan suatu respons imun tanpa menyebabkan penyakit.
Vaksin mati: vaksin mati atau tidak aktif mengandung semua
atau sebagian dan organisme penyebab penyakit yang telah dimatikan. Vaksin mati
tidak bisa bereproduksi, sehingga mereka tidak bisa menyebabkan penyakit yang
ingin dicegahnya. Mereka rnemicu respons yang lebih lemah dan sistem imun
tubub, sehingga cenderung lebih aman untuk orang yang memiliki sistem imun
lemah, untuk ibu hamil, dan untuk anak di bawah 1 tahun.
Sebagian besar vaksin mati berbasis protein, seperti bakteri
yang mereka tiru. Beberapa dan bakteri ni dilapisi dengan gula disebut
polisakarida. Vaksin polisakarida murni tidak bekerja dengan baik pada bayi,
tetapi gabungan antara polisakarida dengan suatu protein, efektif untuk bayi
dan anak kecil.
Jenis lain dan vaksin yang tidak aktif adalah toksoid, yang
dibuat dan toksin (racun) kuman yang sudah di nonaktifkan, yang diproduksi oleh
bakteri dan virus.
Vaksin rekombinasi/plasma DNA: merupakan hash dan produk teknik genetika.
Vaksin mi tidak menggunakan seluruh organisme, tetapi mengambil gen-gen khusus
dan bahan penimbul infeksi (virus, bakteri), dan menambahkannya ke biakan
vaksin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar