Senin, 13 Januari 2014

JANGAN REMEHKAN VAKSINASI ! (Bag.1)



JANGAN REMEHKAN VAKSINASI  Kata Ketua III Pengurus Pusat IDAI, Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, menandaskan, karena kaitannya dengan imunitas tubuh untuk mencegah berjangkitnya penyakit, vaksinasi wajib diberikan pada individu dengan berbagai usia. Vaksinasi dewasa diperuntukkan bagi setiap orang dewasa (usia di atas 12 tahun) yang menginginkan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu. Vaksinasi pada dewasa dapat mencegah kematian akibat penyakit infeksi 100 kali lipat dibandingkan vaksinasi pada anak atau mencegah sekitar 3 juta kematian setiap tahunnya. Vaksinasi juga mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lebih serius. “Namun secara psikis, vaksinasi di usia dewasa berarti meningkatkan produktivitas kerja karena jarang sakit, dan mencegah hilangnya waktu berharga bersama keluarga, rekan, dan kerabat,” ucap Dr. Soedjatmiko.


Kapan vaksinai dilakukan?

• Pada saat tubuh dalam kondisi sangat prima. Vaksinasi yang dilakukan saat kondisi tubuh kurang baik, justru akan menyebabkan infeksi.
• 6 bulan sebelum kehamilan. Dalam rentang waktu tersebut diharapkan tubuh sudah dapat membunuh semua virus yang diberikan melalui vaksinasi, sehingga pada saat hamil tidak ada ?agi virus yang dapat membahayakan janin. Jangan melakukan vaksinasi saat Anda sedang hamil. Karena dikhawatirkan akan membahayakan janin. Boleh dilakukan namun dengan catatan, doktcr yang menangani Anda sudah memperhitungkan risiko. Bila vaksinasi U tidak dilakukan sebelum menikab, pemberiannya dapat dilakukan pada saat usia kehamilan belum mencapai bulan.
• Sewaktu hendak bepergian, terutama ke luar negeri atau daerah asing yang kondisinya belum dikenal.
Menurut Dr. Soedjatmiko, vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin  jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dr. Soedjatmiko menjelaskan lebih Ianjut, vaksin bekerja dengan meningkatkan derajat imunitas dengan merangsang pembentukan antibodi untuk menghentikan perjalanan patogen, sehingga mencegah terjangkitnya penyakit. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluar dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). Selanjutnya, vaksin akan melalui jenis pengujian yang meliputi uji terhadap cemaran virus, bakteri, fungi, mikoplasma, uji pirogen, uji terhadap sisa kontaminan yang mungkin ada—tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Rangkaian penguji4n tersebut antara lain uji identitas, stabilitas, uji potensi, uji toksisitas, uji sterilitas, uji thiomersal, dan uji kelembaban pada vaksin beku kering. “Agar vaksin-vaksin yang diberikan dapat mencegah penyakit dengan baik, maka harus dipenuhi beberapa syarat antara lain kondisi anak saat menerima yaksin, cara memberikan vaksin, jarak pemberian antara vaksin pertama dengan benkutnya, dan kualitas vaksin itu sendini,” urai Dr Soedjatmiko.

Sisitem Imun Dalam Tubuh

Setiap bayi  terlahir dengan antibodi alami dan sang ibu, yang dialirkan melalui plasenta. Bayi yang menyusui akan terus menerus mendapatkan antibodi melalui ASI dan kolostrum (bahan pra-susu yang kental yang dikeluarkan oleh ASI selama beberapa hari  setelah ibu melahirkan).  Pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dan sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja segera bila ada ancaman. Sedangkan sistem imun spesifik baru setelah tubuh terpajan dengan mikroorganisme kedua kali atau lebih. Sistem imun nonspesifik terdiri dan faktor fisis seperti kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, faktor larut yang terdiri dan faktor biokimia seperti lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam lambung,
laktoferin dan asam neuraminik, faktor humoral, dan faktor selular. Sistem imun spesifik terdiri dan faktor humoral seperti ? berbagai antibodi yang diproduksi sendiri  dan faktor selular.
Selama tahun pertama kehidupa bayi, imunitas yang didapatkan dari ibu  nya akan berkurang. Untuk membantu kemampuan tubuh memerangi penyakit, bayi diberi vaksin. Ide pemberian vaksin ada lah menyediakan bahan penyebab penyakitkit dalam jumlah yang cukup untuk ‘menipu’ tubuh memproduksi antibodi terhadapnya. Sekali antibodi telah diproduksi  ia akan bertahan dan melindungi anak  terhadap berjangkitnya penyakit terkait.
 
Bentuk Vaksin

Vaksin tersedia dalam dua berbentuk  dasar  mati (tidak diaktifkan atau telah di matikan) atau hidup. Sebagian besar dari  kedua bentuk ini dibenikan melalui sari satu dan dua cara : melalui suntikar bawah kulit (subkutan) atau ke dalam otot (intramuscular).
Vaksin hidup  : dibuat di dalam laboratorium dan organisme hidup (biasanya virus) penyebab penyakit. Virus untuk vaksin ni sudah dilemahkan sehingga mereka akan mendorong sistem imun tubuh untuk menghasilkan suatu respons imun tanpa menyebabkan penyakit.
Vaksin mati: vaksin mati atau tidak aktif mengandung semua atau sebagian dan organisme penyebab penyakit yang telah dimatikan. Vaksin mati tidak bisa bereproduksi, sehingga mereka tidak bisa menyebabkan penyakit yang ingin dicegahnya. Mereka rnemicu respons yang lebih lemah dan sistem imun tubub, sehingga cenderung lebih aman untuk orang yang memiliki sistem imun lemah, untuk ibu hamil, dan untuk anak di bawah 1 tahun.
Sebagian besar vaksin mati berbasis protein, seperti bakteri yang mereka tiru. Beberapa dan bakteri ni dilapisi dengan gula disebut polisakarida. Vaksin polisakarida murni tidak bekerja dengan baik pada bayi, tetapi gabungan antara polisakarida dengan suatu protein, efektif untuk bayi dan anak kecil.
Jenis lain dan vaksin yang tidak aktif adalah toksoid, yang dibuat dan toksin (racun) kuman yang sudah di nonaktifkan, yang diproduksi oleh bakteri dan virus.
Vaksin rekombinasi/plasma DNA:  merupakan hash dan produk teknik genetika. Vaksin mi tidak menggunakan seluruh organisme, tetapi mengambil gen-gen khusus dan bahan penimbul infeksi (virus, bakteri), dan menambahkannya ke biakan vaksin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar